Rabu, 13 November 2024

“Bila Pohon Tak lagi Rindang” (cerpen santaeri)

Angin sejuk mendayu-dayu menerpa wajah kusut yang gersang. Rasanya lelah sekali hari ini menikmati hari yang hampa dengan ketidakberdayaan seorang wanita tanpa kuasa. Hampir tiga jam aku berdiam diri memperhatikan lembaran demi lembaran tugas yang sama sekali tak minat ku kerjakan. Sedari tadi handphone jadulku bergetar didalam tas. Filling ku masih sama seperti kemarin. Pasti PAPA!

“halo ini siapa” suara wanita ini lagi

“ iya halo, aku sandra anak pak Suhardi” jawabku singkat

“ mana mungkin pak Suhardi punya anak” ujar wanita itu mengeraskan suaranya

“ iya sepertinya bukan anak pak Suhardi” aku mematikan handphone secepatnya.

            Terbuang saja aku tak pernah peduli yang penting aku tak ikut campur dalam urusan hidupnya. Aku hanya perlu ibu untuk jadi support system terbaikku. Sudah sekian lama ini hatiku setengah terluka atas ulah papa. Kadang hendak protes pada Sang Pencipta tapi apa daya “alangkah tak tahu dirinya aku sudah dikaruniai rasa bahagia yang berlebih, lantas ingin seperti apa lagi.

            Perjalananku hari ini menempuh 4 jam perjalanan tidak jauh hanya bolak-balik malas menetap dirumah mengitung detik-detik perjalanan dua kaki yang hampir beku karena kelelahan. Jauh dari orang tua tak membuatku berontak sudah terbiasa mandiri.

            Hari ini kedai kopi masih sepi aku baru saja selesai membereskan alat-alat yang berserakan di tempat cuci piring, semua meja sudah bersih kinclong. Kedai milik sahabatku Herbiana Anandita, anak tunggal om Alfan yang mandiri sejak masih SMP hingga sekarang sedang kuliah sama denganku. Aroma lavender yang menenangkan menguasai ruangan kedai tanpa memberi celah kesedihan untuk siapapun. Kedai nuansa klasik itu sudah berdiri sejak 5 tahun yang lalu. Aku bekerja disini karena mendapat tawaran Part time untuk tambahan bayar uang kost dan biaya kuliah, lumayan.

            Herbi adalah saksi hidupku selama merantau jauh dari ibu dan adikku. Dialah yang selalu menolong dan menasehatiku tanpa jenuh. Tangis dan tawa kami lewati bersama dalam suka maupun duka. Papaku dia seorang pengusaha, tapi sepeserpun uangnya seolah sangat haram untuk kami makan,sejak ia bersama istri barunya yang katanya cantik dan telaten.

Kembali bekerja setelah izin cuti 2 hari.......

            “ bagaimana Sandra, selesai tidak urusanmu” Herbi bertanya sambil duduk disampingku

            “ sama, masih seperti biasa aku belum diakui menjadi anakknya” jawabku sumringah

            “lalu apalagi tindakkanmu selanjutnya”

            “ tidak ada dan tidak perlu , hanya terus melanjutkan hidup dengan  baik tanpa perlu merusak kebahagiaan orang lain.”

            “ tapi kan kamu punya hak san untuk itu semua” herbi protes

            “ tidak apa-apa aku masih bisa kerja tanpa harus mengandalkan uang pak suhardi”

             “yaa pokoknya kamu harus tetap sabar dan semangat ingat ada ibu dan Oka yang selalu mensupportmu”

            “yang utama adalah Allah ada bersamaku itulah sumber kekuatan yang luar biasa Bi” aku tersenyum....

            Siang berlalu dengan cepat adzan berkumandang merdu menusuk gendang telinga yang basah tersapu wudhu. Rasa lelah sirna, alhamdulillah hari ini ramai pelanggan berkunjung ke kedai kami. Terlewati kejadian siang tadi, bagiku hal biasa yang ku lalui setiap tahun tanpa seorang figur papa. Bodohku sirna sedikit demi sedikit. Egoku sudah ku kubur jauh-jauh. Bagian dari takdir allah yang tak perlu ku bantah. Cukup ku jalani semaksimal mungkin.

            Hari ini rasa lega kembali menyapa dengan banyak petuah. Allah yang Maha Baik kembali menolong dengan kebijakannya. Entah sedari kapan aku mampu menghadapi semua ini sendiri, bahkan tanpa ibu dan adikku tahu seperti apa aku dinegeri rantau nan sunyi ini. Handphone jadulku bergetar kembali di rak ruang dapur kedai. Ku baca layar telfon “Narendra memanggil” aku hanya membaca lalu menaruh kembali ke rak dapur. Biarlah rasanya hari ini sedang malas bersenda gurau dengan lelaki  kulit putih itu. 4 tahun berlalu tiada harapan yang ku beri kepadanya karena aku sadar aku siapa. Empat belas panggilan tak terjawab. Kesekian kali ku paksa untuk mengangkat telfon lelaki itu.

            “ San... kamu kemana aja, papamu kecelakaan “ suara lelaki itu cemas.

            “ dimana, parahkah, kalau hanya luka kecil besok saja aku menghampiri beliau” ku jawab santai tanpa kaget.

            “ pukul 21.20 ini papamu harus segera operasi kakinya remuk”lelaki itu masih cemas

            “baiklah aku akan kesana, kirim alamat Rumah Sakitnya Ren aku tutup kedai dulu”

Tak berapa lama whatsapp masuk di Handphone ku. Aku tahu rumah sakit ini milik salah satu dari teman papa. Aku bergegas memesan aplikasi gojek karena kebetulan motor bututku si supra cinta sedang ngambek dan masuk bengkel. 20 menit berlalu aku sampai di Rumah Sakit Intan Medika. Ku lihat Rendra tersenyum manis namun wajah cemasnya masih saja.

“papa mana ren, “ aku celingukan mencari papa

“ sedang diruang rawat, tapi kamu nggak usah masuk ada istri barunya “ rendra tiba-tiba bersungut kesal

“enggak apa-apa aku hanya perlu waktu sebentar untuk melihat bentuk rupa keadaan papa aja ren” memelas

“oke aku temani, aku nggak mau kamu di ejek lagi oleh wanita siluman itu “ rendra menggamit lengan baju tunikku pelan

“assalamu’alaikum , permisi mbak mau jenguk pak suhardi” sopan dan santai

“siapa kalian, pak suhardi nggak bisa diganggu” jawab wanita itu ketus

“ saya Sandra Arindra mbak anaknya pak Suhardi” singkat

“ haduhh mulai deh anak orang gila ngaku-ngaku jadi anak suami saya” ketus lagi

“ tante yang terhormat saya yang barusan nolong pak suhardi , saya mau jenguk beliau sebentar saja” rendra mulai panas

“ yaudah yaudah masuk sana, sekalian urusin pas mau operasi nanti, saya juga males lama-lama disini ngabisin waktu. “ wanita itu keluar tanpa basa-basi

Aku segera menghampiri papa, papa sadar dia kaget dengan kehadiranku. Aku sengaja pura-pura tak tahu dengan kekagetannya. Rasa iba menghampiriku , aku tahu dia merasa bersalah atas perbuatannya. Wanita siluman itu hanya butuh uang dan jabatannya saja.

“gimana pa, keadaannya...” aku tercekat tangan papa meraih tanganku air matanya mengalir

“ papa minta maaf sandra, gara-gara papa kamu, mama dan Oka harus berjuang sendiri”

“ enggak apa-apa pa” aku melepas tangan papa perlahan

“ ini siapa sandra ,pacarmu?” papa menatap narendra

“ maaf om perkenalkan aku Narendra teman dekat Sandra “ rendra meraih tanpa pak Suhardi tanpa canggung

Mereka berbincang-bincang, jadwal operasi tiba aku hanya mengantar papa lalu aku pamit pulang karena sudah larut malam. Rendra mengantarku tanpa banyak alasan dariku hari ini. Dan aku mengalah untuk kali ini saja. Hatiku rupanya makin terluka melihat kondisi papa. Tapi saat masuk ruang operasi wanita itu datang lagi dengan wajah masam menatapku seolah jijik. Padahal yang harusnya marah adalah aku.  Dia yang merebut kebahagiaan kami. Selalu memperburuk keadaan aku dan papa agar tak perlu bertemu lagi.

Musik sendu mendayu sepanjang perjalanan kami. Aku terdiam pikiranku berkecamuk. Aku sudah mengabari Oka adikku bahwa papa kecelakaan tapi ibu dan Oka tak bisa datang karena masih ada kerjaan. Kami tak pernah membenci papa karena untuk ibu hubungan ibu dan papa adalah takdir Allah dan habis jodoh.

“ san......kamu enggak kenapa-napa kan” rendra tampak cemas

“nggak kok, aku Cuma kepikiran papa aja” tertunduk lesu

“ kamu tenang, kita sholat isya dulu ya sebentar ngedoain papa semoga operasinya lancar”

“ iya makasih ya ren selalu ada untuk aku, maafin aku selalu nyakitin kamu”

“ aku tahu kamu terluka dengan perlakuan orang tuamu san, tapi aku akan selalu berusaha menyakini kamu, bahwa aku enggak akan pernah menyia-nyiakan seorang wanita sepertimu”

Sebulan berlalu sejak kejadian itu. Ku dengar papa sudah sehat dan beraktivitas seperti biasanya. Aku dan Narendra masih sama berjalan tanpa status dna membuatku masih tetap selalu nyaman bersamanya. Dia selalu mensupportku dalam segala bentuk kebaikan. Hari ini kami wisuda bersama. Ayah dan ibunya selalu saja bertanya kapan aku siap untuk menikah dengan rendra. Aku hanya menjawab dengan senyum.

“san, ada yang mau aku omongin serius” Rendra menggamit tanganku menuju pohon Rindang disamping kampus

“ kenapa disini enggak enak sama ayah dan ibu ren” ku lihat ayah,ibu rendra,ibuku dan oka menatap kami tersenyum.

“ san aku serius, besok aku dan keluarga akan kerumah untuk melamarmu”

“kok secepat ini ren,” aku tercengang

“ san aku tahu kamu akan kaget, tapi satu alasanku aku enggak mau terjebak dalam dosa karena terus memikirkanmu tanpa kejelasan hubungan kita yang jelas haram karena terus menunda-nunda suatu kebaikan untuk menghalalkan” Rendra meraih kedua tanganku menatapku dengan seksama

Herbi sedari tadi tersenyum dari jauh ia bahagia dengan kedua sahabatnya akan segera melangkah menuju jenjang pernikahan, sedangkan  herbi kemarin sudah berbincang dengan kedua orang tuanya untuk meneruskan S2nya . kedai diserahkan pengelolaannya ke Sandra. Orang tua herbi percaya jika kedai aman berada ditangan Sandra. Bagi meraka Sandra adalah anak ke-3 mereka. Ibu Herbi sangat menyayangi Sandra.

“ tapi orang tuamu tahu kan ren kondisi keluargaku seperti apa” tertunduk

“bahkan sebelum ini semua aku sudah menceritakan semuanya pada ayah dan ibu, dan kau perlu tahu ayahku seberhasil sekarang berkat kakek yaitu ayah dari ibumu san, jadi untuk itu semua aku ingin membalas budi atas kebaikan kakek dengan menjaga cucunya yang cantik dan sholehah ini untuk menjadi pasangan halalku”

“ baiklah aku tak mau terlalu panjang bercerita.. sekarang ayo kita kumpul dengan keluarga dulu” aku berjalan menuju keluarga kami

Narendra tersenyum bahagia. Hari yang dinantikan tiba dengan busana adat bangka mereka melangsungkan akad Nikah dirumah kediaman Sandra. Acara berlangsung hikmad dan penuh haru yang membahagiakan. Semua hadir dengan senyum mengembang. Papa ,ibu, istri baru papa,adikku kami semua berada dalam satu tempat. Bila pohon tak lagi Rindang tapi Tunas terus berkembang.

Terima kasih lelakiku, lelaki yang direstui Allah dan keluargaku semoga kita bisa meniti jembatan menuju surga bersama. Saling melengkapi dalam suka dan duka. Saling mendoakan saat kita berjauhan.

“selamat nak, akhirnya Allah mempertemukan kalian berdua dalam ikatan Sah” papa memelukku

“maafkan tante Sandra selalu membencimu” istri baru papa memelukku mesra

            “maafkan Sandra juga tante, karena pernah membenci tante”

            Kami semua saling berpelukan ,tampak ibu dan tante terlihat Akrab. Oka juga ikut bercerita dengan keluarga lainnya. Aku dan Rendra hanya berpandangan dan tersenyum.

            “ terima kasih wanita impianku, sudah menerima dan memilihku sebagai pasangan dan menjadi ayah untuk anak-anak kita nanti jangan bosan untuk memupuk cinta kita kepada Allah” rendra memeluk Sandra penuh bahagia

            Waktu terus berlalu Sandra dan Rendra mengelola usaha Kedai Herbi yang makin berkembang pesat. Setiap minggu mereka kumpul bersama keluarga yang makin banyak. Sandra sedang hamil dan menurut hasil USG kembar. Rendra makin bahagia... pacaran setelah menikah memang menyenangkan. Herbi juga sudah menikah dan punya baby lucu.

            Selamat tinggal luka, jangan berlarut dalam duka yang tak seberapa penting. Toh waktulah yang menyembuhkan semuanya. Allah maha baik yang terus bersama mendamaikan kalbu ini.

 

--------------------------------------------End---------------------------------------------------

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

wanita gila

 wanita gila  dengan sedikit logika tertawa semaunya tanpa memikirkan kesedihan  berupaya selalu bahagia dengan atau tanpa tapi yang membuat...