Angin sejuk
mendayu-dayu menerpa wajah kusut yang gersang. Rasanya lelah sekali hari ini
menikmati hari yang hampa dengan ketidakberdayaan seorang wanita tanpa kuasa.
Hampir tiga jam aku berdiam diri memperhatikan lembaran demi lembaran tugas
yang sama sekali tak minat ku kerjakan. Sedari tadi handphone jadulku bergetar
didalam tas. Filling ku masih sama seperti kemarin. Pasti PAPA!
“halo ini siapa” suara
wanita ini lagi
“ iya halo, aku sandra
anak pak Suhardi” jawabku singkat
“ mana mungkin pak
Suhardi punya anak” ujar wanita itu mengeraskan suaranya
“ iya sepertinya bukan
anak pak Suhardi” aku mematikan handphone secepatnya.
Terbuang saja aku tak pernah peduli yang penting aku tak
ikut campur dalam urusan hidupnya. Aku hanya perlu ibu untuk jadi support system
terbaikku. Sudah sekian lama ini hatiku setengah terluka atas ulah papa. Kadang
hendak protes pada Sang Pencipta tapi apa daya “alangkah tak tahu dirinya aku
sudah dikaruniai rasa bahagia yang berlebih, lantas ingin seperti apa lagi.
Perjalananku hari ini menempuh 4 jam perjalanan tidak
jauh hanya bolak-balik malas menetap dirumah mengitung detik-detik perjalanan
dua kaki yang hampir beku karena kelelahan. Jauh dari orang tua tak membuatku
berontak sudah terbiasa mandiri.
Hari ini kedai kopi masih sepi aku baru saja selesai
membereskan alat-alat yang berserakan di tempat cuci piring, semua meja sudah
bersih kinclong. Kedai milik sahabatku Herbiana Anandita, anak tunggal om Alfan
yang mandiri sejak masih SMP hingga sekarang sedang kuliah sama denganku. Aroma
lavender yang menenangkan menguasai ruangan kedai tanpa memberi celah kesedihan
untuk siapapun. Kedai nuansa klasik itu sudah berdiri sejak 5 tahun yang lalu.
Aku bekerja disini karena mendapat tawaran Part time untuk tambahan bayar uang
kost dan biaya kuliah, lumayan.
Herbi adalah saksi hidupku selama merantau jauh dari ibu
dan adikku. Dialah yang selalu menolong dan menasehatiku tanpa jenuh. Tangis
dan tawa kami lewati bersama dalam suka maupun duka. Papaku dia seorang
pengusaha, tapi sepeserpun uangnya seolah sangat haram untuk kami makan,sejak
ia bersama istri barunya yang katanya cantik dan telaten.
Kembali bekerja setelah
izin cuti 2 hari.......
“ bagaimana Sandra, selesai tidak urusanmu” Herbi
bertanya sambil duduk disampingku
“ sama, masih seperti biasa aku belum diakui menjadi
anakknya” jawabku sumringah
“lalu apalagi tindakkanmu selanjutnya”
“ tidak ada dan tidak perlu , hanya terus melanjutkan
hidup dengan baik tanpa perlu merusak
kebahagiaan orang lain.”
“ tapi kan kamu punya hak san untuk itu semua” herbi
protes
“ tidak apa-apa aku masih bisa kerja tanpa harus
mengandalkan uang pak suhardi”
“yaa pokoknya kamu
harus tetap sabar dan semangat ingat ada ibu dan Oka yang selalu mensupportmu”
“yang utama adalah Allah ada bersamaku itulah sumber
kekuatan yang luar biasa Bi” aku tersenyum....
Siang berlalu dengan cepat adzan berkumandang merdu
menusuk gendang telinga yang basah tersapu wudhu. Rasa lelah sirna,
alhamdulillah hari ini ramai pelanggan berkunjung ke kedai kami. Terlewati
kejadian siang tadi, bagiku hal biasa yang ku lalui setiap tahun tanpa seorang
figur papa. Bodohku sirna sedikit demi sedikit. Egoku sudah ku kubur jauh-jauh.
Bagian dari takdir allah yang tak perlu ku bantah. Cukup ku jalani semaksimal
mungkin.
Hari ini rasa lega kembali menyapa dengan banyak petuah.
Allah yang Maha Baik kembali menolong dengan kebijakannya. Entah sedari kapan
aku mampu menghadapi semua ini sendiri, bahkan tanpa ibu dan adikku tahu
seperti apa aku dinegeri rantau nan sunyi ini. Handphone jadulku bergetar
kembali di rak ruang dapur kedai. Ku baca layar telfon “Narendra memanggil” aku
hanya membaca lalu menaruh kembali ke rak dapur. Biarlah rasanya hari ini
sedang malas bersenda gurau dengan lelaki
kulit putih itu. 4 tahun berlalu tiada harapan yang ku beri kepadanya
karena aku sadar aku siapa. Empat belas panggilan tak terjawab. Kesekian kali
ku paksa untuk mengangkat telfon lelaki itu.
“ San... kamu kemana aja, papamu kecelakaan “ suara
lelaki itu cemas.
“ dimana, parahkah, kalau hanya luka kecil besok saja aku
menghampiri beliau” ku jawab santai tanpa kaget.
“ pukul 21.20 ini papamu harus segera operasi kakinya
remuk”lelaki itu masih cemas
“baiklah aku akan kesana, kirim alamat Rumah Sakitnya Ren
aku tutup kedai dulu”
Tak
berapa lama whatsapp masuk di Handphone ku. Aku tahu rumah sakit ini milik
salah satu dari teman papa. Aku bergegas memesan aplikasi gojek karena
kebetulan motor bututku si supra cinta sedang ngambek dan masuk bengkel. 20
menit berlalu aku sampai di Rumah Sakit Intan Medika. Ku lihat Rendra tersenyum
manis namun wajah cemasnya masih saja.
“papa
mana ren, “ aku celingukan mencari papa
“
sedang diruang rawat, tapi kamu nggak usah masuk ada istri barunya “ rendra
tiba-tiba bersungut kesal
“enggak
apa-apa aku hanya perlu waktu sebentar untuk melihat bentuk rupa keadaan papa
aja ren” memelas
“oke
aku temani, aku nggak mau kamu di ejek lagi oleh wanita siluman itu “ rendra
menggamit lengan baju tunikku pelan
“assalamu’alaikum
, permisi mbak mau jenguk pak suhardi” sopan dan santai
“siapa
kalian, pak suhardi nggak bisa diganggu” jawab wanita itu ketus
“
saya Sandra Arindra mbak anaknya pak Suhardi” singkat
“
haduhh mulai deh anak orang gila ngaku-ngaku jadi anak suami saya” ketus lagi
“
tante yang terhormat saya yang barusan nolong pak suhardi , saya mau jenguk
beliau sebentar saja” rendra mulai panas
“
yaudah yaudah masuk sana, sekalian urusin pas mau operasi nanti, saya juga
males lama-lama disini ngabisin waktu. “ wanita itu keluar tanpa basa-basi
Aku
segera menghampiri papa, papa sadar dia kaget dengan kehadiranku. Aku sengaja
pura-pura tak tahu dengan kekagetannya. Rasa iba menghampiriku , aku tahu dia
merasa bersalah atas perbuatannya. Wanita siluman itu hanya butuh uang dan
jabatannya saja.
“gimana
pa, keadaannya...” aku tercekat tangan papa meraih tanganku air matanya
mengalir
“
papa minta maaf sandra, gara-gara papa kamu, mama dan Oka harus berjuang
sendiri”
“
enggak apa-apa pa” aku melepas tangan papa perlahan
“
ini siapa sandra ,pacarmu?” papa menatap narendra
“
maaf om perkenalkan aku Narendra teman dekat Sandra “ rendra meraih tanpa pak
Suhardi tanpa canggung
Mereka
berbincang-bincang, jadwal operasi tiba aku hanya mengantar papa lalu aku pamit
pulang karena sudah larut malam. Rendra mengantarku tanpa banyak alasan dariku
hari ini. Dan aku mengalah untuk kali ini saja. Hatiku rupanya makin terluka
melihat kondisi papa. Tapi saat masuk ruang operasi wanita itu datang lagi
dengan wajah masam menatapku seolah jijik. Padahal yang harusnya marah adalah
aku. Dia yang merebut kebahagiaan kami.
Selalu memperburuk keadaan aku dan papa agar tak perlu bertemu lagi.
Musik
sendu mendayu sepanjang perjalanan kami. Aku terdiam pikiranku berkecamuk. Aku
sudah mengabari Oka adikku bahwa papa kecelakaan tapi ibu dan Oka tak bisa
datang karena masih ada kerjaan. Kami tak pernah membenci papa karena untuk ibu
hubungan ibu dan papa adalah takdir Allah dan habis jodoh.
“
san......kamu enggak kenapa-napa kan” rendra tampak cemas
“nggak
kok, aku Cuma kepikiran papa aja” tertunduk lesu
“
kamu tenang, kita sholat isya dulu ya sebentar ngedoain papa semoga operasinya
lancar”
“
iya makasih ya ren selalu ada untuk aku, maafin aku selalu nyakitin kamu”
“
aku tahu kamu terluka dengan perlakuan orang tuamu san, tapi aku akan selalu
berusaha menyakini kamu, bahwa aku enggak akan pernah menyia-nyiakan seorang
wanita sepertimu”
Sebulan
berlalu sejak kejadian itu. Ku dengar papa sudah sehat dan beraktivitas seperti
biasanya. Aku dan Narendra masih sama berjalan tanpa status dna membuatku masih
tetap selalu nyaman bersamanya. Dia selalu mensupportku dalam segala bentuk
kebaikan. Hari ini kami wisuda bersama. Ayah dan ibunya selalu saja bertanya
kapan aku siap untuk menikah dengan rendra. Aku hanya menjawab dengan senyum.
“san,
ada yang mau aku omongin serius” Rendra menggamit tanganku menuju pohon Rindang
disamping kampus
“
kenapa disini enggak enak sama ayah dan ibu ren” ku lihat ayah,ibu rendra,ibuku
dan oka menatap kami tersenyum.
“
san aku serius, besok aku dan keluarga akan kerumah untuk melamarmu”
“kok
secepat ini ren,” aku tercengang
“
san aku tahu kamu akan kaget, tapi satu alasanku aku enggak mau terjebak dalam
dosa karena terus memikirkanmu tanpa kejelasan hubungan kita yang jelas haram
karena terus menunda-nunda suatu kebaikan untuk menghalalkan” Rendra meraih
kedua tanganku menatapku dengan seksama
Herbi
sedari tadi tersenyum dari jauh ia bahagia dengan kedua sahabatnya akan segera
melangkah menuju jenjang pernikahan, sedangkan
herbi kemarin sudah berbincang dengan kedua orang tuanya untuk
meneruskan S2nya . kedai diserahkan pengelolaannya ke Sandra. Orang tua herbi
percaya jika kedai aman berada ditangan Sandra. Bagi meraka Sandra adalah anak
ke-3 mereka. Ibu Herbi sangat menyayangi Sandra.
“
tapi orang tuamu tahu kan ren kondisi keluargaku seperti apa” tertunduk
“bahkan
sebelum ini semua aku sudah menceritakan semuanya pada ayah dan ibu, dan kau
perlu tahu ayahku seberhasil sekarang berkat kakek yaitu ayah dari ibumu san,
jadi untuk itu semua aku ingin membalas budi atas kebaikan kakek dengan menjaga
cucunya yang cantik dan sholehah ini untuk menjadi pasangan halalku”
“
baiklah aku tak mau terlalu panjang bercerita.. sekarang ayo kita kumpul dengan
keluarga dulu” aku berjalan menuju keluarga kami
Narendra
tersenyum bahagia. Hari yang dinantikan tiba dengan busana adat bangka mereka
melangsungkan akad Nikah dirumah kediaman Sandra. Acara berlangsung hikmad dan
penuh haru yang membahagiakan. Semua hadir dengan senyum mengembang. Papa ,ibu,
istri baru papa,adikku kami semua berada dalam satu tempat. Bila
pohon tak lagi Rindang tapi Tunas terus berkembang.
Terima
kasih lelakiku, lelaki yang direstui Allah dan keluargaku semoga kita bisa
meniti jembatan menuju surga bersama. Saling melengkapi dalam suka dan duka.
Saling mendoakan saat kita berjauhan.
“selamat
nak, akhirnya Allah mempertemukan kalian berdua dalam ikatan Sah” papa memelukku
“maafkan
tante Sandra selalu membencimu” istri baru papa memelukku mesra
“maafkan Sandra juga tante, karena pernah membenci tante”
Kami semua saling berpelukan ,tampak ibu dan tante
terlihat Akrab. Oka juga ikut bercerita dengan keluarga lainnya. Aku dan Rendra
hanya berpandangan dan tersenyum.
“ terima kasih wanita impianku, sudah menerima dan
memilihku sebagai pasangan dan menjadi ayah untuk anak-anak kita nanti jangan
bosan untuk memupuk cinta kita kepada Allah” rendra memeluk Sandra penuh bahagia
Waktu terus berlalu Sandra dan Rendra mengelola usaha
Kedai Herbi yang makin berkembang pesat. Setiap minggu mereka kumpul bersama
keluarga yang makin banyak. Sandra sedang hamil dan menurut hasil USG kembar.
Rendra makin bahagia... pacaran setelah menikah memang menyenangkan. Herbi juga
sudah menikah dan punya baby lucu.
Selamat tinggal luka, jangan berlarut dalam duka yang tak
seberapa penting. Toh waktulah yang menyembuhkan semuanya. Allah maha baik yang
terus bersama mendamaikan kalbu ini.
--------------------------------------------End---------------------------------------------------